www.gurukayailmu.blogspot.com

Baca dulu bentar ....

CONTENT DETAIL (KOMPLEKS) MAKA REDAKSI DIBUAT DALAM BEBERAPA FORMAT SEPERTI WORD,PDF,XLS, PPT.., JADI MESKI MENGGUNGGAH TERLEBIH DAHULU.
PADA SAAT MEMBACA CONTENT TERDAPAT PENGULANGAN REDAKSI ....MAAF KALAU MEMBINGUNGKAN...MAKSUDNYA AGAR LEBIH FOKUS ;).
BEBERAPA CONTENT DIAMBIL DARI SUMBER LAIN, JIKA ADA YANG MERASA KEBERATAN ADMIN AKAN MENGHAPUSNYA. TRIMS.

Tampilkan postingan dengan label Curriculum and Education. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curriculum and Education. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Agustus 2011

EFA is a commitment made by the countries, including Indonesia, to meet education for all.


At Dakar, the delegates reiterated thier commitment to six EFA goals: early childhood care and education, providing free and compulsory primary education for all, promoting learning skills for the young and adults, increasing adult literacy by 50 percent, achieving gender parity and improving the quality of education.

They also agreed on a deadline to achieve all six goals by 2015.

Better education would not only improve standards of living, but could also save lives. “If you are a mother, you can treat your child better if you can read and write,” Leotes said.

Studies show that educated girls and women make better health-related decisions, including on antenatal care. Each additional year of a mother’s schooling reduces infant mortality rates by 5 percent to 10 percent. Children with educated mothers may be better immunized and get better nutrition.

Unfortunately, Leotes said, with four years to go to 2015, the world was still not on track in achieving its EFA goals.

“About 67 million children are still out of school, while dropout rates are still a major problem,” she said, adding that many schoolchildren were learning far too little
 
 Di ambil dari
www.thejakartapost.com
 
 
 


At Dakar, the delegates reiterated thier commitment to six EFA goals: early childhood care and education, providing free and compulsory primary education for all, promoting learning skills for the young and adults, increasing adult literacy by 50 percent, achieving gender parity and improving the quality of education.

They also agreed on a deadline to achieve all six goals by 2015.

Better education would not only improve standards of living, but could also save lives. “If you are a mother, you can treat your child better if you can read and write,” Leotes said.

Studies show that educated girls and women make better health-related decisions, including on antenatal care. Each additional year of a mother’s schooling reduces infant mortality rates by 5 percent to 10 percent. Children with educated mothers may be better immunized and get better nutrition.

Unfortunately, Leotes said, with four years to go to 2015, the world was still not on track in achieving its EFA goals.

“About 67 million children are still out of school, while dropout rates are still a major problem,” she said, adding that many schoolchildren were learning far too little
 
 Di ambil dari
www.thejakartapost.com
 
 
 

Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Rabu, 13 Juli 2011

PTK kepentingan Guru atau Untuk Siswa ?

      Baru-baru ini pemerintah yang diwakili oleh  Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengeluarkan peraturan  mengenai Prosedur  Operasi Standar Ujian Negara (POS UN) nomor 0148/SK-POS/BSNP/2011 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Januari 2011. Kepastian formulasi UN ditegaskan setelah Kemendiknas dan Komisi X DPR RI  bersepakat tidak akan memveto  kelulusan dari hasil UN, dan menyetujui  konsep persentase nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

      Berdasarkan Permendiknas No. 45 Tahun 2010 terdapat empat kriteria kelulusan peserta didik yaitu : 1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; dalam arti memiliki rapor semester 1 (satu) sampai dengan semester 6 (enam). 2).Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran yang terdiri atas: (a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (c) kelompok mata pelajaran estetika, dan (d) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan; 3). Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 4). Lulus Ujian Nasional.

      Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, seberapa tepatkah pemerintah menerapkan formula kelulusan siswa dengan menggabungkan 40% nilai ujian sekolah (diambil dari rata-rata raport semester 1,2,3,4, 5 untuk SMP/Sederajat  serta rata-rata raport 3,4,5 untuk sekolah SMA/Sederajat)) dan 60%  Ujian Nasional?
Mensikapi kebijakan pemerintah terhadap formulasi kelulusan UN 2011, ada tiga hal  yang mungkin dapat kita kritisi untuk dijadikan bahan  pemikiran bersama:

Pertama, konsep yang diajukan oleh pemerintah dilihat  dari teori evaluasi  sangatlah bertolak belakang. Karena evaluasi dalam konteks pendidikan memiliki makna usaha sistematis mengumpulan berbagai informasi  untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai dan arti terhadap berbagai aspek (kognitif, afektif, psikomotor dan infrastruktur) pendidikan itu sendiri.

Coba kita telaah kembali,  suka tidak suka UN  yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat adalah domain akademis, sedangkan Ujian sekolah yang prosesnya dilalui kurang lebih tiga tahun, di dalamnya menyangkut banyak hal yang lebih menyeluruh, seperti sikap,  kebiasaan, moral, pekerti dan sebagainya. Oleh karenanya pemerintah semestinya memberikan nilai presentasi besar terhadap Ujian sekolah,  sesuai semangat KTSP yang memberikan porsi lebih besar terhadap sekolah, dalam menentukan penilaian hasil belajar bagi kelulusan siswa.

Kedua, jika kita mau merenung ke belakang mengenai UN,  permasalahan utama pelaksanaan UN adalah menemukan  konsep Ujian Nasional yang  relative tepat dalam menentukan kelulusan hasil belajar siswa. Kenyataanya, pemerintah  lebih concern  mengotak-atik formulasi UN  berdasarkan pada PP 19 tentang penentu kelulusan siswa, bukan berpedoman pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang lebih menilai hasil belajar siswa secara komprehensif, sehingga akan memunculkan  pertanyaan, benarkah pendidikan kita sesuai dengan standar nasional? jika ternyata belum artinya memang harus ada yang diperbaiki terlebih dahulu agar system  dapat memenuhi  Standar Pendidikan Nasional.

Ketiga,   jika tahun mendatang presentasi Ujian Nasional tetap dipertahankan lebih besar dari Ujian sekolah yakni 60 : 40, berarti pemerintah tetap mengedepankan kemampuan  akademis menjadi segalanya, sehingga jangan heran jika UN hanya akan menjadi ajang  seleksi siswa yang pintar dan tidak pintar. Hal ini tentunya bertentangan dengan makna pembelajaran, yang sejatinya belajar merupakan proses  perubahan siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan yang terjadi selama ini pemerintah cenderung mengedepankan aspek measurement (pengukuran) melalui hasil test  pada saat menentukan kelulusan akuntabilitas kompetensi siswa tanpa memperhatikan domain lainya.
      Dengan demikian semuanya berpulang kepada kita, apakah  proses pembelajaran yang dianggap tepat adalah  penilaian dengan  mengedepankan domain akademis yang diisyaratkan dengan memberikan presentasi 60 UN, atau sebaliknya bahwa penilaian selain domain akademisi  jauh lebih penting !. Allohu alam.





      Baru-baru ini pemerintah yang diwakili oleh  Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengeluarkan peraturan  mengenai Prosedur  Operasi Standar Ujian Negara (POS UN) nomor 0148/SK-POS/BSNP/2011 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Januari 2011. Kepastian formulasi UN ditegaskan setelah Kemendiknas dan Komisi X DPR RI  bersepakat tidak akan memveto  kelulusan dari hasil UN, dan menyetujui  konsep persentase nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

      Berdasarkan Permendiknas No. 45 Tahun 2010 terdapat empat kriteria kelulusan peserta didik yaitu : 1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; dalam arti memiliki rapor semester 1 (satu) sampai dengan semester 6 (enam). 2).Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran yang terdiri atas: (a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (c) kelompok mata pelajaran estetika, dan (d) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan; 3). Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 4). Lulus Ujian Nasional.

      Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, seberapa tepatkah pemerintah menerapkan formula kelulusan siswa dengan menggabungkan 40% nilai ujian sekolah (diambil dari rata-rata raport semester 1,2,3,4, 5 untuk SMP/Sederajat  serta rata-rata raport 3,4,5 untuk sekolah SMA/Sederajat)) dan 60%  Ujian Nasional?
Mensikapi kebijakan pemerintah terhadap formulasi kelulusan UN 2011, ada tiga hal  yang mungkin dapat kita kritisi untuk dijadikan bahan  pemikiran bersama:

Pertama, konsep yang diajukan oleh pemerintah dilihat  dari teori evaluasi  sangatlah bertolak belakang. Karena evaluasi dalam konteks pendidikan memiliki makna usaha sistematis mengumpulan berbagai informasi  untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai dan arti terhadap berbagai aspek (kognitif, afektif, psikomotor dan infrastruktur) pendidikan itu sendiri.

Coba kita telaah kembali,  suka tidak suka UN  yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat adalah domain akademis, sedangkan Ujian sekolah yang prosesnya dilalui kurang lebih tiga tahun, di dalamnya menyangkut banyak hal yang lebih menyeluruh, seperti sikap,  kebiasaan, moral, pekerti dan sebagainya. Oleh karenanya pemerintah semestinya memberikan nilai presentasi besar terhadap Ujian sekolah,  sesuai semangat KTSP yang memberikan porsi lebih besar terhadap sekolah, dalam menentukan penilaian hasil belajar bagi kelulusan siswa.

Kedua, jika kita mau merenung ke belakang mengenai UN,  permasalahan utama pelaksanaan UN adalah menemukan  konsep Ujian Nasional yang  relative tepat dalam menentukan kelulusan hasil belajar siswa. Kenyataanya, pemerintah  lebih concern  mengotak-atik formulasi UN  berdasarkan pada PP 19 tentang penentu kelulusan siswa, bukan berpedoman pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang lebih menilai hasil belajar siswa secara komprehensif, sehingga akan memunculkan  pertanyaan, benarkah pendidikan kita sesuai dengan standar nasional? jika ternyata belum artinya memang harus ada yang diperbaiki terlebih dahulu agar system  dapat memenuhi  Standar Pendidikan Nasional.

Ketiga,   jika tahun mendatang presentasi Ujian Nasional tetap dipertahankan lebih besar dari Ujian sekolah yakni 60 : 40, berarti pemerintah tetap mengedepankan kemampuan  akademis menjadi segalanya, sehingga jangan heran jika UN hanya akan menjadi ajang  seleksi siswa yang pintar dan tidak pintar. Hal ini tentunya bertentangan dengan makna pembelajaran, yang sejatinya belajar merupakan proses  perubahan siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan yang terjadi selama ini pemerintah cenderung mengedepankan aspek measurement (pengukuran) melalui hasil test  pada saat menentukan kelulusan akuntabilitas kompetensi siswa tanpa memperhatikan domain lainya.
      Dengan demikian semuanya berpulang kepada kita, apakah  proses pembelajaran yang dianggap tepat adalah  penilaian dengan  mengedepankan domain akademis yang diisyaratkan dengan memberikan presentasi 60 UN, atau sebaliknya bahwa penilaian selain domain akademisi  jauh lebih penting !. Allohu alam.





Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Senin, 08 Februari 2010

Skala perubahan dalam dunia pendidikan

Dalam dunia pendidikan perubahan dalam pendidikan dalam skala perubahan terbagi menjadi tiga bagian :

a. Perubahan dalam individu
b. Perubahan pada kelompok
c. Perubahan pada masyarakat /organisiasi


Perubahan yang terjadi dalam individu dapat meuncul karena proses berpikir individu yang berkeinginan untuk senantiasa memberikan yang terbaik dalam pendidikan. Biasanya individu ingin menujukan identitas dirinya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Misalkan dengan semakin berkembangnya teknologi terutama dalam hal pendidikan seoorang individu terkadanga sudah mulai tidak mengindahkan pentingnya proses sosialisasi antar sesama individu. Individu akan merasa lebih berkembang dengan bekerja sendir tanpa bantuan orang lain karena adanya berbagai kemudahan yang dapat di akses akibat adanya inovasi baru dalam bidang teknologi yang semakin berkembang.

Perubahan pada kelompok perubahan ini biasanya terjadi secara hirarki dimana satu perubahan akan mempengaruhi perubahan lainya yang saling berhubungan. Misalkan perubahan dalam organisasi di sekolah, saat seorang kepala sekolah menetapkan perubahan struktur dalam kelompok sekolah, maka secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan pada tingkatan bawah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Perubahan pada masyarakat Perubahan ini biasanya terjadi karena adanya inovasi yang sangat luar biasa sekali (revolusi) Misalkan dalam hal perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan Menengah, ketika ada perintah untuk meubah kurikulum mau tidak mau kelompok / masyarakat akan menjalankan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan.

Dari paparan sederhana di atas saya berpendapat bahwa munculnya perubahan terutama dalam pendidikan, kenapa terbagi menjadi tiga bagian, karena dalam kenyataanya ketiga unsur inilah yang menjadi “sasaran tembak” dalam melakukan perubahan. Perubahan individu, kelompok dan masyarakat dalam unsur pendidikan keitiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara partial semuanya saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

http://www.gurukayailmu.blogspot.com



Dalam dunia pendidikan perubahan dalam pendidikan dalam skala perubahan terbagi menjadi tiga bagian :

a. Perubahan dalam individu
b. Perubahan pada kelompok
c. Perubahan pada masyarakat /organisiasi


Perubahan yang terjadi dalam individu dapat meuncul karena proses berpikir individu yang berkeinginan untuk senantiasa memberikan yang terbaik dalam pendidikan. Biasanya individu ingin menujukan identitas dirinya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Misalkan dengan semakin berkembangnya teknologi terutama dalam hal pendidikan seoorang individu terkadanga sudah mulai tidak mengindahkan pentingnya proses sosialisasi antar sesama individu. Individu akan merasa lebih berkembang dengan bekerja sendir tanpa bantuan orang lain karena adanya berbagai kemudahan yang dapat di akses akibat adanya inovasi baru dalam bidang teknologi yang semakin berkembang.

Perubahan pada kelompok perubahan ini biasanya terjadi secara hirarki dimana satu perubahan akan mempengaruhi perubahan lainya yang saling berhubungan. Misalkan perubahan dalam organisasi di sekolah, saat seorang kepala sekolah menetapkan perubahan struktur dalam kelompok sekolah, maka secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan pada tingkatan bawah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Perubahan pada masyarakat Perubahan ini biasanya terjadi karena adanya inovasi yang sangat luar biasa sekali (revolusi) Misalkan dalam hal perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan Menengah, ketika ada perintah untuk meubah kurikulum mau tidak mau kelompok / masyarakat akan menjalankan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan.

Dari paparan sederhana di atas saya berpendapat bahwa munculnya perubahan terutama dalam pendidikan, kenapa terbagi menjadi tiga bagian, karena dalam kenyataanya ketiga unsur inilah yang menjadi “sasaran tembak” dalam melakukan perubahan. Perubahan individu, kelompok dan masyarakat dalam unsur pendidikan keitiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara partial semuanya saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

http://www.gurukayailmu.blogspot.com



Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Skala perubahan dalam dunia pendidikan

Dalam dunia pendidikan perubahan dalam pendidikan dalam skala perubahan terbagi menjadi tiga bagian :

a. Perubahan dalam individu
b. Perubahan pada kelompok
c. Perubahan pada masyarakat /organisiasi


Prubahan yang terjadi dalam individu dapat meuncul karena proses berpikir individu yang berkeinginan untuk senantiasa memberikan yang terbaik dalam pendidikan. Biasanya individu ingin menujukan identitas dirinya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Misalkan dengan semakin berkembangnya teknologi terutama dalam hal pendidikan seoorang individu terkadanga sudah mulai tidak mengindahkan pentingnya proses sosialisasi antar sesama individu. Individu akan merasa lebih berkembang dengan bekerja sendir tanpa bantuan orang lain karena adanya berbagai kemudahan yang dapat di akses akibat adanya inovasi baru dalam bidang teknologi yang semakin berkembang.

Perubahan pada kelompok perubahan ini biasanya terjadi secara hirarki dimana satu perubahan akan mempengaruhi perubahan lainya yang saling berhubungan. Misalkan perubahan dalam organisasi di sekolah, saat seorang kepala sekolah menetapkan perubahan struktur dalam kelompok sekolah, maka secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan pada tingkatan bawah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Perubahan pada masyarakat Perubahan ini biasanya terjadi karena adanya inovasi yang sangat luar biasa sekali (revolusi) Misalkan dalam hal perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan Menengah, ketika ada perintah untuk meubah kurikulum mau tidak mau kelompok / masyarakat akan menjalankan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan.

Dari paparan sederhana di atas saya berpendapat bahwa munculnya perubahan terutama dalam pendidikan, kenapa terbagi menjadi tiga bagian, karena dalam kenyataanya ketiga unsur inilah yang menjadi “sasaran tembak” dalam melakukan perubahan. Perubahan individu, kelompok dan masyarakat dalam unsur pendidikan keitiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara partial semuanya saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

http://www.gurukayailmu.blogspot.com



Dalam dunia pendidikan perubahan dalam pendidikan dalam skala perubahan terbagi menjadi tiga bagian :

a. Perubahan dalam individu
b. Perubahan pada kelompok
c. Perubahan pada masyarakat /organisiasi


Prubahan yang terjadi dalam individu dapat meuncul karena proses berpikir individu yang berkeinginan untuk senantiasa memberikan yang terbaik dalam pendidikan. Biasanya individu ingin menujukan identitas dirinya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Misalkan dengan semakin berkembangnya teknologi terutama dalam hal pendidikan seoorang individu terkadanga sudah mulai tidak mengindahkan pentingnya proses sosialisasi antar sesama individu. Individu akan merasa lebih berkembang dengan bekerja sendir tanpa bantuan orang lain karena adanya berbagai kemudahan yang dapat di akses akibat adanya inovasi baru dalam bidang teknologi yang semakin berkembang.

Perubahan pada kelompok perubahan ini biasanya terjadi secara hirarki dimana satu perubahan akan mempengaruhi perubahan lainya yang saling berhubungan. Misalkan perubahan dalam organisasi di sekolah, saat seorang kepala sekolah menetapkan perubahan struktur dalam kelompok sekolah, maka secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan pada tingkatan bawah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Perubahan pada masyarakat Perubahan ini biasanya terjadi karena adanya inovasi yang sangat luar biasa sekali (revolusi) Misalkan dalam hal perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan Menengah, ketika ada perintah untuk meubah kurikulum mau tidak mau kelompok / masyarakat akan menjalankan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan.

Dari paparan sederhana di atas saya berpendapat bahwa munculnya perubahan terutama dalam pendidikan, kenapa terbagi menjadi tiga bagian, karena dalam kenyataanya ketiga unsur inilah yang menjadi “sasaran tembak” dalam melakukan perubahan. Perubahan individu, kelompok dan masyarakat dalam unsur pendidikan keitiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara partial semuanya saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

http://www.gurukayailmu.blogspot.com



Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Bukti Suatu Sekolah telah menjadi SBI

Apabila suatu sekolah sudah bisa menjadi sekolah bertaraf internasional, maka sekolah tersebut telah melakukan inovasi. Bukti telah melakukan inovasi Sekolah Berstandar Internasional biasanya telah memenuhi salah satu standar proses tentang :
a. Proses Belajar mengajar yang baik
b. Manajeman Sekolah
c. Kepemimpinan Sekolah


Bila kita merujuk pada pendapat Roger, yang mengatakan bahwa inovasi pendidikan adalah ide , hal - hal praktis, metode, cara, dirasakan sebagai SESUATU YANG BARU yang digunakan untuk memecahkan masalah - masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan, maka syarat dari standar proses apabila sudah terpenuhi sudah termasuk dalam kategori inovasi.
Untuk dapat menjadi Sekolah Internasional
Kurikulum yang dipakai dalam kurikulum nasional yang ditetapkan Depdikbud untuk tingkat SD meliputi:
1. Bahasa Indonesia
2. Matematika
3. Ilmu Pengetahuan Alam
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan
7. Muatan Lokal
Adapun Contoh Kurikulum Internasionalnya secara Global:
1. Bahasa
2. Belajar Sosial
3. Matematika
4. Seni
5. Sains dan teknologi
6. Pendidikan kepribadian
Apabila kita bandingkan di antara keduanya, kurikulum di atas dapat diterapakan dengan terlebih dahulu menyesuaikanya dengan kesesuaian dengan pendidikan kita, karakteristik dari kurikulum itu sendiri dan apabila telah dirasa pantas / cocok maka pemakaian kurikulum diatas dapat disinergikan.

Apabila suatu sekolah sudah bisa menjadi sekolah bertaraf internasional, maka sekolah tersebut telah melakukan inovasi. Bukti telah melakukan inovasi Sekolah Berstandar Internasional biasanya telah memenuhi salah satu standar proses tentang :
a. Proses Belajar mengajar yang baik
b. Manajeman Sekolah
c. Kepemimpinan Sekolah


Bila kita merujuk pada pendapat Roger, yang mengatakan bahwa inovasi pendidikan adalah ide , hal - hal praktis, metode, cara, dirasakan sebagai SESUATU YANG BARU yang digunakan untuk memecahkan masalah - masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan, maka syarat dari standar proses apabila sudah terpenuhi sudah termasuk dalam kategori inovasi.
Untuk dapat menjadi Sekolah Internasional
Kurikulum yang dipakai dalam kurikulum nasional yang ditetapkan Depdikbud untuk tingkat SD meliputi:
1. Bahasa Indonesia
2. Matematika
3. Ilmu Pengetahuan Alam
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan
7. Muatan Lokal
Adapun Contoh Kurikulum Internasionalnya secara Global:
1. Bahasa
2. Belajar Sosial
3. Matematika
4. Seni
5. Sains dan teknologi
6. Pendidikan kepribadian
Apabila kita bandingkan di antara keduanya, kurikulum di atas dapat diterapakan dengan terlebih dahulu menyesuaikanya dengan kesesuaian dengan pendidikan kita, karakteristik dari kurikulum itu sendiri dan apabila telah dirasa pantas / cocok maka pemakaian kurikulum diatas dapat disinergikan.

Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Selasa, 19 Januari 2010

PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN

Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Selasa, 12 Januari 2010

FILSAFAT PENDIDIKAN APA YANG MENDASARI KONSEP DAN PELAKSANAN PENDIDIKAN KURIKULUM DI INDONESIA

Beberapa sahabat saya pernah mengajukan pertanyaan tentang   kurikulum  apa yang sekiranya cocok untuk di implementasikan di Indonesia jika dikaitkan dengan filsafat pendidikan

Kemudian saya lebih berpandangan bahwa kurikulum yang ada di Indonesia  saat ini secara umum  lebih menitikberatkan kemampuan siswa dalam berkompetensi menjadi individu  yang  profesional.
Sehingga  saya berpendapat  bahwa filsafat  pendidikan yang dirasa mewakili  dengan kurikulum di Indonesia adalah filsafat realisme. Adapun alasan yang melatar belakanginya   dapat dilihat dari beberapa  kerangak berpikir, pertama mengenai penekanan filsafat realisme, kedua karakteristik kurikulum dari realisme.

Filsafat  Realisme hubunganya dengan  Pendidikan Teknologi  :
1.Orientasi pendidikan mengarah ke masa sekarang dan yang akan datang
2.Isi kurikulum lebih menekankan pada kompetensi  hasil belajar
3.Kompetensi diuraikan menjadi sub-sub kompetensi yang dapat diamati
4.Peranan guru tidak dominan (dapat diganti oleh teknologi )
5.Pendidikan bersifat ilmiah (dapat diukur)

Karakteristik kurikulum :
1.Tujuan dirinci lebih objektif
2.Menekankan kepada uraian kompetensi
3.Disain pengajar disusun sistemik
4.Evaluasi menggunakan tes objektif

Sehingga sampai saat ini saya masih beranggapan filsfat realisme cocok banget dengan kurikulum  di Indonesia …entah nanti mungkin bisa jadi berubah……





Beberapa sahabat saya pernah mengajukan pertanyaan tentang   kurikulum  apa yang sekiranya cocok untuk di implementasikan di Indonesia jika dikaitkan dengan filsafat pendidikan

Kemudian saya lebih berpandangan bahwa kurikulum yang ada di Indonesia  saat ini secara umum  lebih menitikberatkan kemampuan siswa dalam berkompetensi menjadi individu  yang  profesional.
Sehingga  saya berpendapat  bahwa filsafat  pendidikan yang dirasa mewakili  dengan kurikulum di Indonesia adalah filsafat realisme. Adapun alasan yang melatar belakanginya   dapat dilihat dari beberapa  kerangak berpikir, pertama mengenai penekanan filsafat realisme, kedua karakteristik kurikulum dari realisme.

Filsafat  Realisme hubunganya dengan  Pendidikan Teknologi  :
1.Orientasi pendidikan mengarah ke masa sekarang dan yang akan datang
2.Isi kurikulum lebih menekankan pada kompetensi  hasil belajar
3.Kompetensi diuraikan menjadi sub-sub kompetensi yang dapat diamati
4.Peranan guru tidak dominan (dapat diganti oleh teknologi )
5.Pendidikan bersifat ilmiah (dapat diukur)

Karakteristik kurikulum :
1.Tujuan dirinci lebih objektif
2.Menekankan kepada uraian kompetensi
3.Disain pengajar disusun sistemik
4.Evaluasi menggunakan tes objektif

Sehingga sampai saat ini saya masih beranggapan filsfat realisme cocok banget dengan kurikulum  di Indonesia …entah nanti mungkin bisa jadi berubah……





Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Fungsi Filsafat Pendidikan dalam bidang llmu pengetahuan dan pengembangan kurikulum !


Seringkali saya mendapat pertanyaan tenteng hubungan yang signifikan antara filsafat pendidika terhadap  ilmu pengetahuan dan pengembangan  kurikulum. Sejujurnya  pertanyaan  ini tidaklah mudah untuk  dicarikan jawabanya karena bagi saya semuanya salinglah berkaitan.


Namun demikian saya akan mencoba  menjawab secara  pragmatis sesuai dengan  yang saya pahami dengan menguraikan esensi dari  filsafat, ilmu dan kurikulum dan  pengembangan kurikulum

Filsafat
•    Selalu melihat pendidikan dari sudut bagaimana seharusnya (Das Solen) sehingga lebih  mengarahkan pada  factor subjektifitas
•    Berusaha untuk  mengintegrasikan atau menerangkan  bagian-bagian tertentu dari suatu kajian ke dalam kesatuan yang menyeluruh dan  bermakna.
Ilmu dan Kurikulum
•    Memiliki pendekatan  analitik dimana kajian tertentu diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci.
•    Melihat  suatu fakta sesuai  apa adanya (Das Sain) sehingga lebih objektif
    PengembanganKurikulum
    Filosofi                   : berbicara mengenai hal –hal yang konseptual dan ideal
    Psikologis               : membahas mengenai rencana belajar untuk  dijadikan pengalaman
    Sosial Budaya         :  membahas tentang permasalahan yang berhubungan dengan masyarakat.
    Ilmu dan Teknologi  : arahanya bahwa pendidikan tidak hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan
Sehingga saya melihatnya ketiganya memiliki hubungan yang saling melengkapi (komplementer) dimana :

Filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan  ilmu
Ilmu memberikan bahan  untuk  berbagai  pemikiran para filsuf.
Pengembangan Kurikulum  merupakan salah satu aplikasi dari ilmu  yang telah dikaji
Sehingga harapan terbesar semuanya dapat  membantu manusia  dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Maaf nih ala kadarnya …semoga bermanfaat.


Salam Sukses





Seringkali saya mendapat pertanyaan tenteng hubungan yang signifikan antara filsafat pendidika terhadap  ilmu pengetahuan dan pengembangan  kurikulum. Sejujurnya  pertanyaan  ini tidaklah mudah untuk  dicarikan jawabanya karena bagi saya semuanya salinglah berkaitan.


Namun demikian saya akan mencoba  menjawab secara  pragmatis sesuai dengan  yang saya pahami dengan menguraikan esensi dari  filsafat, ilmu dan kurikulum dan  pengembangan kurikulum

Filsafat
•    Selalu melihat pendidikan dari sudut bagaimana seharusnya (Das Solen) sehingga lebih  mengarahkan pada  factor subjektifitas
•    Berusaha untuk  mengintegrasikan atau menerangkan  bagian-bagian tertentu dari suatu kajian ke dalam kesatuan yang menyeluruh dan  bermakna.
Ilmu dan Kurikulum
•    Memiliki pendekatan  analitik dimana kajian tertentu diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci.
•    Melihat  suatu fakta sesuai  apa adanya (Das Sain) sehingga lebih objektif
    PengembanganKurikulum
    Filosofi                   : berbicara mengenai hal –hal yang konseptual dan ideal
    Psikologis               : membahas mengenai rencana belajar untuk  dijadikan pengalaman
    Sosial Budaya         :  membahas tentang permasalahan yang berhubungan dengan masyarakat.
    Ilmu dan Teknologi  : arahanya bahwa pendidikan tidak hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan
Sehingga saya melihatnya ketiganya memiliki hubungan yang saling melengkapi (komplementer) dimana :

Filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan  ilmu
Ilmu memberikan bahan  untuk  berbagai  pemikiran para filsuf.
Pengembangan Kurikulum  merupakan salah satu aplikasi dari ilmu  yang telah dikaji
Sehingga harapan terbesar semuanya dapat  membantu manusia  dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Maaf nih ala kadarnya …semoga bermanfaat.


Salam Sukses




Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Selasa, 29 Desember 2009

Understanding Curriculum

There are many people who think that the curriculum associated with teaching materials, so the curriculum is always associated with textbooks. If we edge from the beginning, the term actually originated from the term curriculum sports in ancient Greece who comes from a curir and curere then interpreted as the mileage done by a runner.

While Sukmadinata (2006: 5) distinguishes between the curriculum as a plan (curriculum plan) with the functional curriculum (curriculum Functioning). As an educational plan or teaching, Beauchamp says "A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a written document during Pupils given their enrollment in school." According to Beauchamp, the implementation of these plans is included in the instruction. Meanwhile, according to Zais, the curriculum can not be judged from written documents alone, but must be judged in the process of implementation of the function in the classroom.

Meanwhile, according to Print (1993) that the curriculum include: 1) Planed learning experience, 2) educational offered within an institution / program, 3) represented as adocument, 4) included experiences resulting from implementing that document.

Alexander Inglis in Hamalik (2007:13) states that the curriculum has several functions, namely: The function adjustment, integration, differentiation, preparation, selection and diagnostics.

a. The Adjustive of Adaptive Function

Individuals living in the environment. Each individual must be able to adapt to its environment as a whole. Because the environment is constantly changing and dynamic, then each individual must have the ability to adjust dynamically as well. Behind it, the environment must also be tailored to individual circumstances. Herein lies the function of the curriculum as a means of education, so that individuals are well-adjusted.

b. The Integrating Function

The curriculum serves to educate individuals who are integrated. Because the individual itself is part of the community, then that person will be integrated to contribute to the formation or integration of society.

c. The Differentiating Function

The curriculum needs to provide services to different between each person in society. Basically, differentiation will encourage people to think critically and creatively, so that will encourage social progress in society. However, the differentiation no means ignoring social solidarity and integration, because the differentiation can also avoid the occurrence of social stagnation.

d.The Propaedeutic Function

The curriculum serves to prepare students to be able to continue further studies to a more distant range, eg the school continue their studies into higher learning or preparation in the community started to learn more skills are necessary, since the school could not provide all the required student or anything that catches their attention.

e. The Selective Function

Differences and selection are two interrelated things. Recognition of differences in means providing an opportunity for someone to choose what you want and attract interest. Secondly it is a necessity for people who embrace a democratic system. To develop these capabilities, then the curriculum should be arranged in a broad and flexible.

f. The Diagnostic Function

Education is to assist and guide students to be able to understand and accept herself, so it can develop all the potential. This can be done if the students realize all the weaknesses and strength through a process of exploration. Next students themselves who fix these weaknesses and develop their own existing strengths. This function is a diagnostic function of the curriculum and will guide students to develop optimally.

2. Curriculum Development Process

The curriculum is essentially serves as a guide, especially for educators at every level of education at the level of each unit, therefore there are a number of principles in the process developing. Here are some principles in curriculum development:

a. Relevance Principle

Curriculum as a guide will lead students to make sense of life lived in accordance with existing rules in the community and equip students both in the field of knowledge, attitudes and skills in accordance with what is expected by the community. Therefore, in drafting curriculum gained through learning experiences of students, the curriculum must be relevant to the needs of society and this is what is called the principle of relevance.

Relevance itself is divided into two, namely the relevance of internal and external relevance. Winna (2008: 39) The relevance of internal is that every curriculum should have a harmony between its components, the harmony between the objectives to be achieved, content, materials or learning experiences that students must possess, or strategies and methods used assessment tool to see purpose. This shows the relevance of internal integrity of the curriculum.

External relevance has the meaning that the objectives, content, and student learning process involved in curriculum more good accordance with the needs and demands of society. According to Winna (2008: 39) in the external relevance development divided into three: First, relevant to learners' environment. This means that the content of the curriculum should be adjusted to environmental conditions around the students. Suppose for students who live in urban areas need to be introduced, urban life such as how a good way to cross the zebra cross, services: payment of Water, Electricity, Telephone or online manually and so on. Second, relevant to the times, both now and in the future. This means that curriculum content must be in accordance with the situation and growing conditions. It is also what is taught to students should be beneficial for student life at the time will come. Third, relevant to the demands of the job. This means, that what is taught in schools should be able to meet the world of work. Suppose that Internet learning is taught to students, has a goal that one day what has been taught to provide benefits in the community, especially in information technology advances.

b. Flexibility Principle

These principles emphasize the need for flexibility or resiliency of nature, this principle is necessary because it could be what we expect in the ideal curriculum does not match the actual situation in society means that the curriculum should be implemented in accordance with existing conditions.

According to Winna (41:2008) The principle of flexibility has two sides: First, the flexibility for teachers, which means that the curriculum should provide room for teachers to develop teaching programs in accordance with existing conditions. Second, flexible for students, which means that the curriculum should provide a wide choice of possible programs in accordance with students' talents and interests.

c. Continuity Principle

Continuity is meant here is continuous, meaning the development of the learning process does not falter but continuous-continuous. Therefore despite the experience in the content of the curriculum should take into account the continuity between the subject matter at various levels and types of education programs.

To that although curriculum development conducted jointly between the curriculum developers at every level of primary school education, junior level high school level, and curriculum developers in higher education.

d. Practical (Efficiency)

Curriculum good practice to say if it meets the principles of efficiency related to energy, time, facilities, and costs incurred as cheaply as possible and the results obtained can be maximum. Because as good and, ideally curriculum but if the equipment, facilities and infrastructure is very expensive, so the curriculum is not practical and would be difficult for the implementation, therefore the curriculum should be designed separately should can be used in any situation (limited circumstances).

e. Effectiveness

Curriculum in addition to cheap and simple, not necessarily heed faktok success to be achieved from the curriculum itself, both in quality and quantity. Because curriculum development is a translation of educational planning. According to Winna (2008:4) regarding the principle of effectiveness in a curriculum plan can be implemented and can be achieved in teaching and learning activities. There are two sides of the effectiveness of a curriculum development. First, the effectiveness of activities related to teachers in implementing the tasks in the classroom curriculum. Second, the effectiveness of student activities in carrying out learning activities.



By Tio

There are many people who think that the curriculum associated with teaching materials, so the curriculum is always associated with textbooks. If we edge from the beginning, the term actually originated from the term curriculum sports in ancient Greece who comes from a curir and curere then interpreted as the mileage done by a runner.

While Sukmadinata (2006: 5) distinguishes between the curriculum as a plan (curriculum plan) with the functional curriculum (curriculum Functioning). As an educational plan or teaching, Beauchamp says "A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a written document during Pupils given their enrollment in school." According to Beauchamp, the implementation of these plans is included in the instruction. Meanwhile, according to Zais, the curriculum can not be judged from written documents alone, but must be judged in the process of implementation of the function in the classroom.

Meanwhile, according to Print (1993) that the curriculum include: 1) Planed learning experience, 2) educational offered within an institution / program, 3) represented as adocument, 4) included experiences resulting from implementing that document.

Alexander Inglis in Hamalik (2007:13) states that the curriculum has several functions, namely: The function adjustment, integration, differentiation, preparation, selection and diagnostics.

a. The Adjustive of Adaptive Function

Individuals living in the environment. Each individual must be able to adapt to its environment as a whole. Because the environment is constantly changing and dynamic, then each individual must have the ability to adjust dynamically as well. Behind it, the environment must also be tailored to individual circumstances. Herein lies the function of the curriculum as a means of education, so that individuals are well-adjusted.

b. The Integrating Function

The curriculum serves to educate individuals who are integrated. Because the individual itself is part of the community, then that person will be integrated to contribute to the formation or integration of society.

c. The Differentiating Function

The curriculum needs to provide services to different between each person in society. Basically, differentiation will encourage people to think critically and creatively, so that will encourage social progress in society. However, the differentiation no means ignoring social solidarity and integration, because the differentiation can also avoid the occurrence of social stagnation.

d.The Propaedeutic Function

The curriculum serves to prepare students to be able to continue further studies to a more distant range, eg the school continue their studies into higher learning or preparation in the community started to learn more skills are necessary, since the school could not provide all the required student or anything that catches their attention.

e. The Selective Function

Differences and selection are two interrelated things. Recognition of differences in means providing an opportunity for someone to choose what you want and attract interest. Secondly it is a necessity for people who embrace a democratic system. To develop these capabilities, then the curriculum should be arranged in a broad and flexible.

f. The Diagnostic Function

Education is to assist and guide students to be able to understand and accept herself, so it can develop all the potential. This can be done if the students realize all the weaknesses and strength through a process of exploration. Next students themselves who fix these weaknesses and develop their own existing strengths. This function is a diagnostic function of the curriculum and will guide students to develop optimally.

2. Curriculum Development Process

The curriculum is essentially serves as a guide, especially for educators at every level of education at the level of each unit, therefore there are a number of principles in the process developing. Here are some principles in curriculum development:

a. Relevance Principle

Curriculum as a guide will lead students to make sense of life lived in accordance with existing rules in the community and equip students both in the field of knowledge, attitudes and skills in accordance with what is expected by the community. Therefore, in drafting curriculum gained through learning experiences of students, the curriculum must be relevant to the needs of society and this is what is called the principle of relevance.

Relevance itself is divided into two, namely the relevance of internal and external relevance. Winna (2008: 39) The relevance of internal is that every curriculum should have a harmony between its components, the harmony between the objectives to be achieved, content, materials or learning experiences that students must possess, or strategies and methods used assessment tool to see purpose. This shows the relevance of internal integrity of the curriculum.

External relevance has the meaning that the objectives, content, and student learning process involved in curriculum more good accordance with the needs and demands of society. According to Winna (2008: 39) in the external relevance development divided into three: First, relevant to learners' environment. This means that the content of the curriculum should be adjusted to environmental conditions around the students. Suppose for students who live in urban areas need to be introduced, urban life such as how a good way to cross the zebra cross, services: payment of Water, Electricity, Telephone or online manually and so on. Second, relevant to the times, both now and in the future. This means that curriculum content must be in accordance with the situation and growing conditions. It is also what is taught to students should be beneficial for student life at the time will come. Third, relevant to the demands of the job. This means, that what is taught in schools should be able to meet the world of work. Suppose that Internet learning is taught to students, has a goal that one day what has been taught to provide benefits in the community, especially in information technology advances.

b. Flexibility Principle

These principles emphasize the need for flexibility or resiliency of nature, this principle is necessary because it could be what we expect in the ideal curriculum does not match the actual situation in society means that the curriculum should be implemented in accordance with existing conditions.

According to Winna (41:2008) The principle of flexibility has two sides: First, the flexibility for teachers, which means that the curriculum should provide room for teachers to develop teaching programs in accordance with existing conditions. Second, flexible for students, which means that the curriculum should provide a wide choice of possible programs in accordance with students' talents and interests.

c. Continuity Principle

Continuity is meant here is continuous, meaning the development of the learning process does not falter but continuous-continuous. Therefore despite the experience in the content of the curriculum should take into account the continuity between the subject matter at various levels and types of education programs.

To that although curriculum development conducted jointly between the curriculum developers at every level of primary school education, junior level high school level, and curriculum developers in higher education.

d. Practical (Efficiency)

Curriculum good practice to say if it meets the principles of efficiency related to energy, time, facilities, and costs incurred as cheaply as possible and the results obtained can be maximum. Because as good and, ideally curriculum but if the equipment, facilities and infrastructure is very expensive, so the curriculum is not practical and would be difficult for the implementation, therefore the curriculum should be designed separately should can be used in any situation (limited circumstances).

e. Effectiveness

Curriculum in addition to cheap and simple, not necessarily heed faktok success to be achieved from the curriculum itself, both in quality and quantity. Because curriculum development is a translation of educational planning. According to Winna (2008:4) regarding the principle of effectiveness in a curriculum plan can be implemented and can be achieved in teaching and learning activities. There are two sides of the effectiveness of a curriculum development. First, the effectiveness of activities related to teachers in implementing the tasks in the classroom curriculum. Second, the effectiveness of student activities in carrying out learning activities.



By Tio

Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Senin, 28 Desember 2009

UNDERSTANDING CURRICULUM IMPLEMENTATION

Leithwood (1982) defines implementation as a process. Implementation interpreted as a process of behavior change directed by the level of innovation, and in a certain time.

Meanwhile, according to Print (1993)
implementation is a short-term phenomenon that attempts to implementation is a short-term phenomenon that attempts to integrate the new curriculum into existing practiceintegrate the new curriculum into existing practice
So the implementation of the curriculum is a process of acceptance and use of things - new things in the curriculum and the implementation of the curriculum documents to the practical level.

The Saylor (1981) implementation activities as the process of implementing the curriculum plan (program) in the form of learning, involving interaction with teachers and students in the context of schooling.
We will develop a model curriculum implementation there are some things though note:
Stages of Curriculum Implementation

Implementation of the curriculum includes three main activities of program development, implementation and evaluation of learning.

a. Development programs include the annual programs, semester or quarterly, monthly, weekly and daily.
b. Implementation of core learning that leads to the process of learning activities between learners' interaction with their environment, resulting in changes in behavior to the more good.
c. Evaluation process carried out throughout the process of curriculum implementation.

Factors That Affect Implementation

Implementation of the curriculum in development influenced by three factors, namely:
a. Characteristics of the curriculum, which includes teaching materials scope, objectives, functions, properties, and so on.
b. Implementation Strategy, the strategy used in the implementation of the curriculum, such as seminars, inservice training, workshops, provision of books , and other activities that could encourage the use of the curriculum in the field.
c. Characteristics of users of the curriculum, which includes packaging knowledge, skills, and values and attitudes toward the curriculum in teacher learning.


By tio

Leithwood (1982) defines implementation as a process. Implementation interpreted as a process of behavior change directed by the level of innovation, and in a certain time.

Meanwhile, according to Print (1993)
implementation is a short-term phenomenon that attempts to implementation is a short-term phenomenon that attempts to integrate the new curriculum into existing practiceintegrate the new curriculum into existing practice
So the implementation of the curriculum is a process of acceptance and use of things - new things in the curriculum and the implementation of the curriculum documents to the practical level.

The Saylor (1981) implementation activities as the process of implementing the curriculum plan (program) in the form of learning, involving interaction with teachers and students in the context of schooling.
We will develop a model curriculum implementation there are some things though note:
Stages of Curriculum Implementation

Implementation of the curriculum includes three main activities of program development, implementation and evaluation of learning.

a. Development programs include the annual programs, semester or quarterly, monthly, weekly and daily.
b. Implementation of core learning that leads to the process of learning activities between learners' interaction with their environment, resulting in changes in behavior to the more good.
c. Evaluation process carried out throughout the process of curriculum implementation.

Factors That Affect Implementation

Implementation of the curriculum in development influenced by three factors, namely:
a. Characteristics of the curriculum, which includes teaching materials scope, objectives, functions, properties, and so on.
b. Implementation Strategy, the strategy used in the implementation of the curriculum, such as seminars, inservice training, workshops, provision of books , and other activities that could encourage the use of the curriculum in the field.
c. Characteristics of users of the curriculum, which includes packaging knowledge, skills, and values and attitudes toward the curriculum in teacher learning.


By tio

Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....

Understanding KTSP in Indonesia

In guidelines issued BSNP KTSP (2006:5) KTSP is operational curriculum developed by and implemented in each educational unit. KTSP consists from aim education unit level of education, curriculum structure and unit-level education, educational calendar, and syllabus.

The operation is, if we examine again have meaning:

a. KTSP in developers not necessarily out of provisions has been prepared is national government. This means that schools in developing curriculum is given only to the development of operational authority, while the reference is to the development of the government, for example the determination of hours of subjects, of subjects, subject content and competencies to be achieved by each subject.

b. As the operational curriculum, curriculum developers at each level of education units given flexibility in developing curriculum units deep certain lessons. Suppose the developer authority in developing models, approaches, methods and learn how to evaluate the results of the meeting included in determining the effectiveness of learning with students in order to achieve the desired competency

c. KTSP developers must consider regional characteristics as listed in the Law No. 20 of 2003, paragraph 2, the curriculum at all levels and types of education developed by the principle of diversification appropriate with education unit, and regional potential learners.


In guidelines issued BSNP KTSP (2006:5) KTSP is operational curriculum developed by and implemented in each educational unit. KTSP consists from aim education unit level of education, curriculum structure and unit-level education, educational calendar, and syllabus.

The operation is, if we examine again have meaning:

a. KTSP in developers not necessarily out of provisions has been prepared is national government. This means that schools in developing curriculum is given only to the development of operational authority, while the reference is to the development of the government, for example the determination of hours of subjects, of subjects, subject content and competencies to be achieved by each subject.

b. As the operational curriculum, curriculum developers at each level of education units given flexibility in developing curriculum units deep certain lessons. Suppose the developer authority in developing models, approaches, methods and learn how to evaluate the results of the meeting included in determining the effectiveness of learning with students in order to achieve the desired competency

c. KTSP developers must consider regional characteristics as listed in the Law No. 20 of 2003, paragraph 2, the curriculum at all levels and types of education developed by the principle of diversification appropriate with education unit, and regional potential learners.


Baca selengkapnya...... klik disini Selengkapnya ....
 
Copyright 2009 GURU KAYA ILMU. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan